“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al An-Nahl : 97)
***
Wanita memang diciptakan bukan sebagai saingan bagi kaum pria, melainkan partner bagi mereka. Bahkan Sang Khatimul Anbiya telah mempertegas sebagaimana dalam sebuah riwayat bahwa
“Wanita adalah saudara kandung (partner) laki-laki”.
Pada kesempatan lain Rasulullah saw bersabda,
“Tidaklah memuliakan wanita kecuali orang yang mulia, dan tidaklah menghinakan wanita kecuali orang hina”.
Dalam goresan pena sejarah telah tercatat bahwa ternyata wanita (red:muslimah) mampu berada di garda terdepan dalam berbagai hal baik melalui sepak terjang perannya dalam da’wah politik hingga di medan perang dalam jihad fii sabilillah.
Namun kali ini ana tidak akan mengupas dalam tentang peran muslimah dalam kancah perpolitikan karena memang sudah menjadi keharusan bagi setiap aktivis da’wah untuk menamatkan pemahamannya tentang peran politik muslimah. Bahwa antara pria dan wanita memiliki hak yang sama dalam peran-peran siyasihnya, tergantung dari kompetensi masing-masing mereka dalam bidang yang digelutinya.
Ana teringat shirah yang dikisahkan oleh seorang Al-Ustadz dalam sebuah daurah siyasih :
Suatu ketika Rasulullah memanggil kaumnya ”Wahai kaum muslim...berkumpullah...!”. Maka berbondong-bondonglah para mujahid (red:ikhwan) datang memenuhi seruan Rasulullah. Mendengar seruan itu, seorang sahabiyah pun datang memenuhinya dan menyusul di belakang para mujahid tersebut, hingga para ikhwan yang hadir ketika itu keheranan dan menyorotkan pandangan heran mereka atas kehadiran sahabiyah itu. Menangkap keanehan tersebut maka sahabiyah itu pun berkata kepada mereka : ” Mengapa kalian heran? Aku juga bagian dari kaum muslimin (Ana minal muslimin...!).”
Yah.., itu jawaban bagi para ikhwan yang selalu membatasi hak politik perempuan ataupun yang selalu terheran-heran ketika melihat akhowat yang ”dianggap” terlalu vokal dalam partisipasi politiknya.
***
Ok, sekarang kita kembali ke topik awal yang sangat ingin ana angkat, yaitu mengenai KHAULAH. Apa atau siapakah ia? Ialah Khaulah binti Al-Azwar, sesosok shabiyah yang menjadi sumber inspirasi hingga ana begitu greget ingin mengangkatnya. Dari kisahnya, ana ingin menyentil sedikit militansi para akhowat. Berikut shirahnya (ana kutip dari sebuah buku ”Ketika Wanita Lebih Utama dari Pria) :
Saat itu, pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Khalid bin Walid berperang melawan pasukan Romawi yang berada di bawah pimpinan Hercules. Dengan sifat kesatria dan keberanian yang dimilikinya, Khaulah pun ikut berperang dari front belakang dengan tujuan untuk membebaskan saudara lelakinya, Dharar, dari tahanan.
Diriwayatkan bahwa Dharar bin al-Azwar telah ditahan oleh pasukan musuh di wilayah Ajnadin, maka Khalid bin Walid pun pergi bersama sekelompok pasukannya untuk menyelamatkan Dharar.
Di tengah perjalanan, Khalid bertemu dengan seorang anggota pasukan berkuda yang membawa tombak. Tidak ada yang terlihat dari anggota tubuhnya kecuali matanya saja. Dia berkuda dengan cepat seorang diri tanpa memedulikan apa yang terjadi di belakangnya.
Ketika Khalid melihat anggota pasukan tersebut, dia berkata, ”Sungguh hebat, siapa anggota pasukan berkuda itu? Demi Allah, sungguh dia adalah seorang anggota pasukan berkuda”. Khalid dan anggota pasukannya terus membuntuti orang tersebut hingga sampai batas pertahanan pasukan Romawi. Sesampainya di sana, sosok berkuda nan misterius langsung menyerang mereka dan berusaha menerobos barisan mereka. Dia berteriak hingga teriakannya itu memporak-porandakan pawai yang sedang mereka gelar. Hanya dalam satu kali putaran, dia sudah keluar dalam keadaan tombaknya sudah berlumuran darah. Dia telah berhasil membunuh dan merobohkan sejumlah pasukan.
Setelah itu, dia pun kembali mempertaruhkan nyawanya dengan menerobos kembali barisan pasukan lawan seorang diri. Dia telah membuat kaum Muslimin cemas dan penasaran untuk mengetahui siapa dirinya. Kebanyakan menyangka dia adalah Khalid. Oleh karena itum ketika Khalid datang, Rafi’ bin ’Umairah pun berkata, ”Siapa anggota pasukan berkuda yang maju di hadapanmu itu?, ”Sungguh , aku tidak lebih tau dari pada kalian, bahkan lebih heran terhadap perilaku dan sikapnya itu.”
Ketika pasukan Muslimin sedang berbincang-bincang, tiba-tiba anggota pasukan berkuda itu datang, Dia bak sang bintang yang bersinar. Kudanya berjalan mengikuti jejaknya. Ketika ada yang berusaha mendekatinya, dia pun berusaha menghindar darinya, lalu ia menempelkan tombaknya ke dada orang yang ingin mendekatinya. Hal itu terus dilakukan hingga dia sampai di barisan kaum Muslimin.
Kaum Muslimin pun langsung mengelilinginya. Mereka meminta kepadanya untuk memberitahukan namanya dan membuka penutup kepalanya, tetapi orang itu tak mau menjawabnya. Setelah Khalid mengulangi permintaannya berkali-kali, akhirnya orang itu mau menjawab perkataan Khalid menkipun ia menjawabnya dalam keadaan masih memakai penutup kepala.
Dia berkata, :Wahai pimpinan kami, sesungguhnya alasan mengapa aku tidak mau memperlihatkan diriku kepadamu adalah karena aku malu kepadamu, karena kamu adalah seorang pimpinan yang agung, sementara aku hanyalah seorang wanita lemah yang harus tertutup. Sesungguhnya aku melakukan hal ini karena hatiku terbakar dan merasa sakit hati.”
Khalid berkata, ”Lalu siapa engkau sebenarnya?” Orang itu menjawab ”Aku adalah Khaulah binti al-Azwar. Tadinya aku sedang bersama wanita-wanita dari kaumku, tetapi tiba-tiba seorang datang memberitahuku bahwa saudara lelakiku telah ditahan oleh pasukan musuh. Maka, aku pun segera menaiki kuda, lalu melakukan apa yang telah engkau lihat.”
Mendengar itu, Khalid dan para tentaranya berteriak heroik, lalu mereka pun melakukan penyerangan. Khaulah juga ikut melakukan penyerangan bersama mereka. Ia pun terus ikut berjihad hingga saudara laki-lakinya dapat diselamatkan.
***
Itulah sosok wanita yang penuh dengan sikap kesatria namun tawadhu’. Di saat kaum wanita ”menggantungkan” sikap pemberani kepada kaum pria, Khaulah pun memecahkannya. Bahkan dengan model ”Single Fighter”, Khaulah pun memorak-porandakan pasukan Romawi.
***
Dalam peperangan lain di wilayah Shahura, Khaulah ditahan oleh pasukan musuh bersama para wanita lainnya. Dia telah berhasil membangkitkan semangat juang para wanita itu dan mengobarkan api yang panas dalam hati mereka, meskipun pada saat itu mereka sama sekali tidak memiliki satu senjata.
Dia berkata, ”Ambillah tiang-tiang tenda dan tali-talinya, lau marilah kita serang orang-orang yang tercela itu. Semoga Allah swt akan menolong kita dalam menghadapi mereka”. Afra’binti Affar brkata, ”Demi Allah, ajakanmu itu bukanlah sesuatu yang biasa kami lakukan.”
Maka setiap wanita pun mengambil satu tiang tenda, lau mereka berteriak satu kali. Khaulah juga mengangkat satu tiang di atas pundaknya sendiri, lalu wanita-wanita lainnya pun mengikuti dari belakang. Khaulah berkata kepada mereka, ”Sebagian di antara kalian hendaklah tidak terpisah dengan yang lain. Jadilah kalian seperti satu lingkaran dan janganlah terpisah-pisah. Dengan cara seperti itu, kalian akan dapat mematahkan tombak-tombak lawan dan memecahkan pedang-pedang mereka.”
Khaulah pun mulai menyerang, demikian juga wanita-wanita yang lainnya. Mereka berperang layaknya orang-orang yang tidak takut mati, hingga akhirnya mereka pun menyelamatkan diri mereka dari cengkeraman tanga-tangan pasukan Romawi. Ketika berhasil keluar, Khaulah berkata,
”Kami adalah wanita-wanita seperti bayangan keledai
Kami telah menghantam pasukan lawan. Dan tidak ada seorang pun yang mengingkari hal itu
Karena ketika berada dalam peperangan, kami adalah seperti api yang menyala-nyala
Pada hari ini, kalian akan merasakan siksaan yang terbesar.”
***
Seperti yang ana katakan sebelumnya, bahwa Khaulah adalah sumber inspirasi bagi para mujahidah. Kisahnya bukan hanya abadi di shirah-shirah sahabiyah, namun telah menginspirasi saudari-sudari kita di belahan bumi yang sedang bergolak, dimana harga diri Islam sedang diinjak-injak.. Tahukan kita, bagaimana bentuk jihad para mujahidah di bumi suci Palestina? Ternyata muslimah memiliki pengaruh terbesar terhadap perjuangan di sana. Sebagian besar peran penyamaran melalui kendaraan-kendaraan pengintai di area musuh diperankan oleh para mujahidah! Bahkan tak sedikit yang melakukan jihad melalui bom syahid.
Namun perlu diketahui bahwa kisah Khaulah bukan untuk membuat para ikhwan menjadi ketakutan atau bergidik pada akhowat2 seperti Khaulah. Sebab ”Wanita adalah saudara kandung (partner) laki-laki”. Sebab ”pernyataan dan sikap” perang hanya ditujukan bagi para musuh Allah. ”Isyhiduu biannal muslimuun!!!”
Sungguh pengalaman heroik sangat dibutuhkan oleh para ikhwan maupun para akhowat. Tetapi perlu diingat mujahidah.. bahwa pengalaman heroik bukan hanya berupa mengalaman lantas merasa bangga telah melaluinya, setelah itu berleha-leha tanpa usaha mempertahankan militansi dan kekuatan jasadiyah tentunya. Sebab boleh jadi hari ini negeri kita aman, tapi bagaimana dengan besok??? Maka tanamkanlah selalu dalam diri dua kata ”Siap Siaga”. Bagaimana caranya? Tingkatkan militansi dan kualitas diri!!!
***
Dan pengumuman untuk para mujahidah... : ”Dicari : Khaulah Masa Kini...!!!” Who next??? (mf)
0 komentar:
Post a Comment